Strategi komunikasi adalah perencanaan, bukan sekadar rencana; strategi komunikasi merupakan cara berpikir yang mendasarinya. Itu lah satu hal yang terus-menerus ditekankan oleh Paramita Mohamad, salah satu fasilitator dalam Workshop Strategi Komunikasi yang diadakan di Bandung, pada 6—7 Maret 2017. Selama dua hari penuh, Knowledge Sector Initiative (KSI) bersama dengan Tempo Institute melakukan workshop sekaligus ruang belajar bagi para mitra KSI sekaligus beberapa kementerian. Ruang belajar itu terlihat ketika antarpartisipan bertukar tanya tentang strategi komunikasi yang dilakukan di lembaga masing-masing.
Setelah proses pertukaran pengalaman, Paramita mengajukan enam langkah yang dijadikan alat untuk memikirkan strategi komunikasi. Alat berpikir ini membantu lembaga untuk tidak terburu-buru memutuskan taktik, yang bahkan belum tentu tepat tujuan. Jadi, penentuan tujuan program lembaga menjadi sangat penting dilakukan sejak langkah pertama. Kemudian, langkah kedua adalah penjelasan tentang konteks, termasuk posisi lembaga juga bisa membuat taktik yang nanti digunakan menjadi lebih bermanfaat. Langkah ketiga, yaitu menentukan pilihan strategi, misalnya siapa yang dituju, termasuk nilai yang biasanya dianut, dan pesan yang ingin disampaikan. Barulah di langkah keempat, kita menentukan taktik komunikasi. Langkah kelima, tolok ukur keberhasilan dari strategi komunikasi ini. Terakhir, pemeriksaan realitas.
Bukan hanya teori semata, peserta juga mendapat kesempatan untuk menyimak penjelasan dari enam narasumber yang bicara tentang keberhasilan dan tantangan strategi komunikasinya. Tema-tema yang dipresentasikan menarik, sebagai contoh tolak reklamasi Tanjung Benoa, pemberantasan dengue melalui Wolbachia, dan peduli Alzheimer. Setelahnya, peserta menilai strategi komunikasinya. Melalui workshop strategi komunikasi ini, PSHK belajar untuk menyusun cara berpikir strategi komunikasi yang lebih sistematis.