Salah satu lemahnya perkembangan organisasi kepustakawanan di Indonesia dalam menghadapi isu-isu yang berkembang di masyarakat karena sebelumnya ketika menjadi mahasiswa para pengurus organisasi kepustakawanan ketika menjadi mahasiswa bersikap pasif. Sampai saat ini tidak banyak mahasiswa pendidikan ilmu perpustakaan yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan, baik di tingkat universitas maupun ekstra kampus. Mahasiswa pendidikan ilmu perpustakaan terlalu asyik dengan komunitasnya sendiri, jarang membaur dengan mahasiswa keilmuan yang lain, serta lebih berorientasi ingin cepat mendapat pekerjaan ketika lulus nanti daripada mencoba untuk mengembangkan kemampuan interpreneur, kepemimpinan, dan kemasyarakatan. Pendapat ini dikemukakan oleh Farli Elnumeri, kepala perpustakaan hukum Daniel S Lev yang juga Presiden Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia dalam kuliah terbuka D3 Perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha, Buleleng, Bali.
Kuliah terbuka yang diadakan pada hari Senin, 16 Oktober 2017 ini dihadiri oleh para sivitas akademika D3 Perpustakaan Universitas Pendidikan Ganesha. Bahasan kuliah terbuka lebih kepada pembahasan mengenai perkembangan organisasi kepustakawanan di Indonesia saat ini. Menurut Farli, saat ini setiap jenis perpustakaan memiliki forum perpustakaan. Dengan demikian, secara kapasitas kemampuan pengelola perpustakaan terbantu melalui forum-forum ini. Begitu pula terhadap perkembangan teknologi informasi dan tuntutan masyarakat terhadap akses informasi, muncul profesi-profesi baru berkaitan dengan pengelolaan informasi. Untuk itu, hal ini menjadi peluang bagi lulusan ilmu perpustakaan dan informasi dalam bekerja.
Namun, lebih lanjut menurut Farli, organisasi kepustakawanan masih lemah dalam menyikapi hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat. Banyak regulasi dan program yang dibutuhkan masyarakat tidak diadvokasi oleh organisasi kepustakawanan. Hal ini berdampak terhadap sikap pemerintah dan masyarakat yang belum memandang profesi di bidang perpustakaan sebagai profesi terpandang. Untuk itu, Farli dalam kesempatan itu meminta sivitas akademika selain fokus pada pengembangan kompetensi mahasiswa dalam bidang ilmu perpustakaan, namun juga aktif melakukan pendampingan terhadap pengembangan perpustakaan di masyarakat, seperti perpustakaan desa dan perpustakaan sekolah yang saat ini keberadaannya masih sangat minim.
Penulis: FE