Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) berkolaborasi dengan Koalisi Seni, Besi Berani, dan Feminis Themis menyelenggarakan Gembira (Generasi Muda Berani Bersuara) Fest 2023 pada Sabtu (19/8/2023) di Ganara Art Space Jakarta. Kegiatan ini diadakan sebagai upaya mengajak semua orang untuk terus merawat kebebasan berpendapat, berekspresi, berkesenian, dan berkumpul.
Gembira Fest dibuka dengan “Alteraksi Pesantren”, sebuah sesi pemutaran film dokumenter Pesantren yang dilanjutkan umpan balik para peserta melalui proses fasilitasi oleh Suryani Liauw dari Besi Berani. Dalam sesi itu, penonton diajak untuk menyaksikan dokumenter kisah kehidupan para penghuni Pondok Kebon Jambu Al-Islamy, salah satu pesantren tradisional terbesar di Cirebon, Jawa Barat. Setelahnya, penonton berbagi opini, pandangan, perasaan, dan pemikiran mengenai persoalan keragaman, keadilan, dan inklusi sosial dalam hidup sehari-hari.
Segmen kedua diisi dengan diskusi publik bertajuk “Kritik Orang Muda: Bukan Gaduh, Bikin Tumbuh”. Dalam diskusi itu, Pengurus Koalisi Seni dan Pendiri Ganara Art, Tita Djumaryo, memaparkan bentuk-bentuk penyempitan kebebasan sipil yang berdampak langsung pada kehidupan kesenian serta munculnya sensor dan persekusi sepihak, baik oleh aktor negara maupun non-negara. Narasumber berikutnya yang juga pelaku seni, Dania Joedo dari grup musik Tashoora, mengonfirmasi situasi penyempitan tersebut. Ia kemudian membagikan siasat dalam menyampaikan kritik lewat kesenian dengan aman.
Diskusi itu menghadirkan pula Coory Yohana, Koordinator Umum Pamflet Generasi, sebuah organisasi masyarakat sipil yang bergerak dalam isu sekaligus dipimpin oleh orang muda. Coory menjabarkan soal pentingnya ruang dan kesempatan bagi orang muda untuk terlibat dalam gerakan sosial. Narasumber terakhir, Mawa Kresna, jurnalis dan editor dari Project Multatuli, menyampaikan sudut pandang media soal penyempitan kebebasan sipil dan peran media dalam memperluas kebebasan sipil.
Penampilan musisi Sal Priadi menutup Gembira Fest 2023 dengan meriah. Sal adalah penyanyi indie dan penulis lagu dengan karakter lirik puitis bertema kehidupan sehari-hari, yang meraih tujuh kali nominasi Anugerah Musik Indonesia. Segmen terakhir itu juga dimeriahkan oleh Sudut Jentera, grup musik duo yang terdiri dari Alviani Sabillah (gitar, vokal) dan Octania Wynn (vokal). Sejak berdiri pada 2018, mereka kerap menciptakan dan membawakan lagu-lagu bertema kritik sosial.
Penyelenggaraan Gembira Fest 2023 merupakan bagian dari rangkaian kampanye “25 Tahun Merawat Kebebasan” yang diusung sebagai tema ulang tahun ke-25 PSHK. Sebelumnya, PSHK juga mengadakan kompetisi karya visual reels bertema “Berani Berekspresi, Suarakan Hak Publik”. Dari puluhan karya yang masuk, terpilih tiga reels yang menjadi pemenang, yaitu karya Dwi Alfian Bahri (juara I), Akbar Fernando Ndabung (juara II), dan Monica (karya terfavorit). Saat menyerahkan hadiah kepada pemenang pada acara Gembira Fest, Direktur Eksekutif PSHK Rizky Argama, yang juga juri kompetisi ini, menyampaikan apresiasi kepada para peserta karena telah berhasil memvisualisasikan topik-topik seputar kebebasan berekspresi dengan menarik dan kreatif. Selain Gama, ada pula aktivis hak asasi manusia Haris Azhar dan pegiat kreatif Nastasha Abigail yang turut menjadi dewan juri.
Beberapa cuplikan kemeriahan Gembira Fest 2023 dapat disaksikan ulang melalui kanal YouTube PSHK.