Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK) menyelenggarakan GembiraFest 2024 (Festival Generasi Muda Berani Bersuara) pada Sabtu (17/8/2024) di Creative Hall, M Bloc Space, Jakarta Selatan. GembiraFest 2024 adalah inisiatif PSHK dalam merespons menyempitnya situasi kebebasan sipil di Indonesia melalui pendekatan yang lebih populer. Dengan format acara festival, pembahasan soal isu kebebasan sipil diharapkan dapat menjangkau audiens yang lebih luas, terutama dari kalangan orang muda. PSHK berkolaborasi dengan sejumlah organisasi masyarakat sipil dan komunitas orang muda yang tergabung dalam Program PRINSIP Indonesia: Memperkuat Perlindungan Ruang Sipil & Peran Masyarakat Sipil dalam Kepemimpinan Indonesia Baru dalam menyelenggarakan festival ini.
GembiraFest 2024 dibuka dengan gelar wicara atau talk show yang menghadirkan Pemimpin Redaksi Narasi Zen RS dan Pengajar Sekolah Tinggi Hukum Indonesia Jentera Bivitri Susanti. Dalam pemaparannya, Zen RS mengangkat fakta situasi kebebasan sipil di Indonesia saat ini yang, meskipun berbeda konteks dan aktor-aktor yang terlibat, tak jauh dengan kondisi di awal kemerdekaan, yakni defisit kebebasan sipil. Terkait dengan peran orang muda dalam aktivisme, Zen RS menegaskan bahwa orang muda sama sekali bukan tentang usia, tapi tentang sikap yang pro terhadap perubahan radikal. “Pemuda dalam kosa kata sejarah politik Indonesia mula-mula bukan dalam kategori usia. Melainkan dalam kategori sosiologis penyikapan orang tersebut terhadap perubahan sosial yang sedang berlangsung,” tegas Zen RS.
Sementara itu, Bivitri mengangkat perihal bagaimana negara mengokupasi cara berpikir masyarakat, bahkan dalam hal cara merayakan dan memaknai kemerdekaan. Di hadapan peserta diskusi yang mayoritas orang muda tersebut, Bivitri berpandangan bahwa orang muda harus memiliki jiwa perlawanan terhadap ketidakadilan, bukan dengan fisik tetapi secara gagasan dan kata-kata.
Selain talk show, GembiraFest 2024 jugadiisi dengan, antara lain, sesi nonton dan diskusi film yang difasilitasi oleh BesiBerani, pembacaan puisi oleh seniman Peri Sandi Huizche, komedi tunggal atau stand up comedy oleh komika Dany Beler, serta penampilan dari grup musik Sudut Jentera. Tak hanya itu, sepuluh komunitas orang muda yang berkolaborasi dengan PSHK juga mempersembahkan penampilan seni dan pameran karya. Kesepuluh komunitas itu terdiri dari Bekasi Ambil Peran, Blok Politik Pelajar, Indonesia Education Watch, Lingkar Studi Feminis, Lab Demokrasi, Pemoeda, Pojok Literasi Bogor, Rumah Tunanetra Indonesia, Social Justice Indonesia, dan Yayasan Rumah Jahe. Selama enam bulan terakhir, komunitas-komunitas itu telah mendapatkan pendampingan dan peningkatan kapasitas dari PSHK terkait isu kebebasan sipil.
Acara ditutup dengan penampilan grup musik indie beraliran alternative rock Efek Rumah Kaca yang membawakan hampir dua puluh lagu selama lebih dari satu jam. Efek Rumah Kaca (ERK) selama ini dikenal sebagai band dengan lirik lagu yang sarat kritik sosial. Sepanjang penampilan ERK, dan juga pada sesi-sesi sebelumnya, para peserta dengan disabilitas tuli tetap dapat terlibat aktif dalam diskusi dan menikmati pertunjukan dari para penampil dan bintang tamu melalui bantuan juru bahasa isyarat dari Feminis Themis, organisasi yang juga menjadi kolaborator dalam pelaksanaan acara ini.
GembiraFest 2024 pertama kali diadakan PSHK pada tahun lalu. Menurut Direktur Eksekutif PSHK Rizky Argama, dua kali penyelenggaraan Gembira Fest tersebut bertujuan untuk memberikan wadah bagi orang-orang muda dalam berekspresi, berpendapat, dan berkesenian di tengah menyempitnya ruang kebebasan sipil akhir-akhir ini. Pada momen GembiraFest 2024, PSHK juga meluncurkan buku 25 Tahun Merawat Kebebasan yang berisi kumpulan tulisan dari para pemakalah terpilih dalam Konferensi Nasional Kebebasan Sipil 2023—forum akademik yang diselenggarakan PSHK pada tahun lalu.
Situasi penyempitan ruang gerak masyarakat sipil (shrinking civic space) adalah gejala yang terjadi secara global. Di Indonesia, situasi ini dapat terlihat dari, antara lain, banyaknya kriminalisasi terhadap aktivis hak asasi manusia dan lingkungan hidup, penegakan hukum yang tebang pilih, terbatasnya ruang partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan, hingga lahirnya produk-produk legislasi yang mengekang, seperti UU ITE, KUHP baru, dan UU Ormas. Kekhawatiran itu semakin bertambah seiring semakin kuatnya konsolidasi elite dalam mempertahankan kekuasaan pasca-Pemilu 2024 untuk meloloskan rancangan undang-undang yang berpotensi semakin mengancam kebebasan, seperti RUU Penyiaran, RUU Kepolisian, dan RUU TNI.
Saksikan ulang diskusi dan keseruan di GembiraFest 2024 melalui kanal YouTube PSHK Indonesia.